Balaghar, Relasi publik. com- Bagi orang Sumba , batu megalitik sebagai batu kubur yang berasosiasi dengan pemukiman masyarakat Sumba, adalah simbol untuk menjaga kedekatan mereka dengan anggota keluarga yang telah meninggal.
Hal itu di sampaikan oleh salah satu tokoh adat Agustinus Rangga Mali mengatakan hal tentang Ritual adat tarik batu di Desa Wainyapu- Kecamatan Kodi Balaghar- kabupaten Sumba barat daya, pada Rabu 28/10/2020

Menurutnya
“Hal itu tak terlepas dari adanya anggapan bahwa roh leluhur dapat melindungi keluarga yang masih hidup sedangkan keluarga yang masih hidup senantiasa teringat kepada leluhur yang telah meninggal dengan memudahkan mereka mengirim doa atau sesaji,” seorang tokoh adat, Agustinus Rangga Mali.
Menurutnya, masyarakat Sumba mengenal upacara tarik batu sebagai bagian dari tradisi menghormati leluhur karena prosesi penarikan batu kubur mulai dari tempat asal pengambilan batu menuju lokasi pemukiman warga merupakan fenomena yang sangat menarik.
“Pada masa lalu ritual tarik batu kubur dilakukan sebanyak ratusan bahkan ribuan orang secara gotong royong karena batu dengan beratnya bisa mencapai puluhan ton maka kita langsung merasakan eksotik peradaban megalitik yang megah di depan mata,” ungkapnya.
Agus mengatakan, seiring dengan perkembangan jaman, ritual tarik batu dengan tangan mulai dihilangkan. Masyarakat Sumba lebih memilih menggunakan alat berat seperti truk tronton atau excavator untuk menarik batu kubur dari asalnya menuju perkampungan.
“Jadi meski berbeda cara pengangkutannya namun esensi ritual tarik batu tetap sama dengan mempersembahkan batu kubur sebagai penghormatan bagi leluhur,” ujar salah satu tokoh adat Sumba ini. ( Anton)
Discussion about this post